Assalamualaikum.
Alhamdulillah, saya mengambil keputusan untuk pulang ke kampung sempena cuti Hari Kebangsaan. Walaupun hanya sekadar cuti tiga hari sahaja, bagi saya nilai bertemu dengan keluarga walaupun seketika itu sangat berharga.
Jangan hairan sangat kalau cuti tiga hari pun saya bawa beg besar balik ke kampung. Dalam tu tak payah nak tanya ada apa? Setakat baju sehelai dua saja. Yang lain penuh dengan buku dan majalah.
Memang tabiat saya, setiap kali balik ke kampung saya akan bawa balik buku yang dibeli untuk disimpan di rak buku di kampung. Rutin ini sudah lama saya amalkan.
Petang itu, antara buku yang menemani perjalanan saya balik ke kampung ialah Hujan Bulan Juni. Buku yang baru dibeli. Dah lama dengar orang kata sajak Sapardi Djoko Damono hebat. Kali ni baru berpeluang membacanya.
Memetik catatan penulis: Hujan Bulan Juni pertama kali diterbitkan oleh Grasindro, tahun 1994, berisi sepilihan sajak beliau yang ditulis dari tahun 1964 sampai 1994. Sajak-sajak itu berasal dari beberapa buku puisi, yakni duka-Mu abadi (1969), Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), dan Perahu Kertas (1984).
Sapardi Djoko Damono lahir di Solo, 20 Maret 1940. Ia menulis puisi sejak tahun 1957 ketika masih menjadi murid SMA tetapi baru menerbitkan buku puisi pertama, duka-Mu abadi, tahun 1969. Beberapa buku puisinya yang kemudian terbit adalah Mata Pisau, Akuarium, Perahu Kertas, Sihir Hujan, Hujan Bulan Juni, Arloji, Ayat-ayat Api, Mata Jendela, Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?, Kolam, Namaku Sita, dan Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita.
Nah, saya belanja satu sajaknya!
Aku Ingin
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
1989
Buku dan cikgu Helmi tidak dapat dipisahkan.. :)
BalasPadamkuala kangkong?
BalasPadam